Perwujudan Musick Bus menjadi semakin nyata dengan diadakan sebuah event pada pertengahan April ini, dengan bertajuk Musick Bus Fest 2013: On A Record Store Day pada tanggal 20 April 2013, sebagai bentuk penghargaan terhadap rilisan fisik dan sekaligus ikut merayakan Record Store Day yang juga diselenggarakan di berbagai kota dan negara lainnya.
Mengingat cuaca yang tidak menentu di Kota Daeng pada hari-hari sebelumnya diguyur dengan hujan deras, dikhawatirkan penyelenggaraan Musick Bus Fest 2013 ini bisa dibatalkan jika cuaca tidak seperti yang diinginkan.
Akhirnya pada hari H, cuaca di Makassar ternyata sangat cerah. Hal ini pastinya sangat menggembirakan, karena venue acara Musick Bus Fest ini diadakan di pelataran parkir Benteng Fort Rotterdam dengan settingan outdoor, kekhawatiran bisa terjadi jika hujan turun dengan deras, otomatis acara akan ditunda, bahkan dibatalkan. Belakangan memang cuaca di kota ini saya anggap tidak bisa diprediksikan tiap harinya,mungkin pengaruh dari pemanasan global juga.
Musick Bus Fest dimulai pada pukul 19.30 WITA yang disemarakkan dengan penampilan beberapa band Indie Makassar yang ikut meramaikan seperti Melismatis, Tabasco, Sir Ventury, Dunce Dance, Wildhorse, Dinary, Flowerecent Adolescent, dan V.I.P.
Selain penampilan band-band indie Makassar, Musick Bus Fest juga mengadakan sebuah pameran vinyl koleksi dari Musick Bus, dan juga beberapa vinyl yang dikoleksi oleh Rilo, sang pemilik Musick Bus.
Lapak buku juga hadir di acara ini. Bekerja sama dengan Kedai Buku Jenny, Vonis Media, dan Taman Indie Makassar, di lapak buku ini dijual beberapa buku-buku baru maupun buku-buku yang terbilang langka dicari.
Mellisa Ticoalu yang menjadi MC malam itu cukup atraktif memandu acara dan tak lupa pula saat jeda panggung, dia berinteraktif dengan penonton sembari mengadakan kuis dengan hadiah DVD dari Musick Bus.
Penampilan pertama Musick Bus Fest dari grup akustik Dinary dengan vokalis perempuan yang membawa beberapa lagu kover version. Aksi atraktif sang vokalis pun berhasil menarik penonton untuk lebih merapat lagi ke bibir panggung
Dilanjutkan dengan penampilan Flowerecent Adolescent yang membuai penonton dengan lagu mereka sendiri yang beraliran folk, dan mereka juga mengkover lagu dari Dido sebagai penutup penampilan mereka malam itu.
JK Ethnik kemudian menaiki panggung pada malam itu, setelah tadi penonton disuguhkan penampilan akustik nan minim, kali ini band dengan beraliran etnik jazz membawa beberapa buah lagu yang dicover dengan cara khas band yang mempunyai penampilan terunik malam itu. Dengan unsur etnik yang mereka bawa, penonton dibuat tersenyum dengan beberapa lagu seperti Home milik Michael Buble yang dibawakan dengan versi keroncong.
Dunce Dance pun naik panggung. Salah satu band pop punk terbaik yang dimiliki Makassar ini menghajar tiga buah lagu yang cepat dan menghentak. Dengan drummer yang memiliki pukulan cepat dan dua vokal yang lantang, penonton dibuat semangat dengan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri. Sebut saja “Insomnia”, salah satu lagu yang bertempo cepat mereka yang mempunyai lirik awal yang agak-agak absurd, “Marjan melon dalam botol infus….” .
Sir Ventury menjadi pusat perhatian selanjutnya bagi orang-orang yang semakin bertumpuk ingin menyaksikan rangkaian acara Musick Bus Fest di pelataran parkir Benteng Rotterdam malam itu. Dengan efek delay dan sedikit overdrive memekakkan telinga hasil olahan bunyi sang gitaris, Asnur (yang berperawakan jangkung dan berambut panjang hampir sebahu, hampir menyerupai gaya Jonny Greenwood dari Radiohead), Sir Ventury membawa penonton terhanyut ke dalam lagu-lagu ciptaan mereka sendiri seperti “Long Time” dan “Sleep”.
Malam semakin larut dan Tabasco menjadi band selanjutnya yang tampil. Band yang digawangi vokalis/gitaris dengan potongan rambut ikal ini, mengawali dengan lagu “Radio” milik mereka. Selanjutnya “Roller Coaster”, lagu ciptaan mereka yang sudah lalu lalang di beberapa radio di Makassar ini membuat beberapa penonton pun ikut sing along. Ditutup dengan teriakan panjang sang vokalis di lagu terakhir “Yellow Fragile Heart”, Tabasco menutup penampilannya dengan apik.
Selama penampilan Tabasco, mulai menyeret penonton makin merapat ke bibir panggung. Animo akan santapan mata dan telinga semakin tinggi setelah bersantap mengisi perut terlebih dahulu. Nyam!
Selanjutnya Melismatis dengan lima awak eksperimentalnya menghentak panggung dengan “Berlabuh”. Dengan hanya disinari lampu biru dari atas panggung, Melismatis menghipnotis penonton dengan semburan suara efek Reverb dari gitar hollowbody milik Juang. Gitaris bertubuh kecil ini mengocok gitar hitam mengkilapnya dengan hentakan drum dari Iksan dan teriakan lepas nan parau milik Dede yang diimbangi dengan permainan bas Hendra dan String/Piano milik Ari yang mampu membuat orang lupa bahwa lagu ini berdurasi hampir 10 menit.
Waktu telah menunjukkan pukul 23.00 WITA ketika Wildhorse, band rock and roll yang dikomandoi oleh Remi si vokalis mulai menyapa penonton yang masih setia menunggu sampai acara ini kelar. Dengan Epiphone SG berwarna merah cherry, Remi menyambut intro lagu milik mereka sendiri, “The Black Motorcycle” yang dimulai oleh permainan keyboard/piano Caca, yang sedikit mengingatkan pada sound-sound vintage a la The Doors dan BRMC.
Setelah dihujani lagu-lagu yang menurut saya menarik dari beberapa band sebelum band terakhir ini, band terakhir di Musick Bus Fest ini adalah V.I.P. Band yang membawakan beberapa lagu kover version dari beberapa band rock seperti Andra & The Backbone dan Creed, yang sudah tidak asing di telinga dan terdengar sedikit membosankan.
Ada beberapa catatan yang cukup menarik terlepas dari kesuksesan Musick Bus membuat acara Musick Bus Fest untuk merayakan Record Store Day Sedunia.
Yang pertama, Makassar secara perdana merayakan Record Store Day tepat pada tanggal 20 April dengan cukup meriah dan sepertinya saling bertautan dengan acara seminggu sebelumnya yang juga diadakan untuk menyambut perayaan Record Store Day bertajuk REWIND yang juga berlangsung di Makassar.
Kemudian masih minimnya informasi tentang Record Store Day ini mungkin sedikit terjawab dengan event Musick Bus Fest. Ketika para penggemar rilisan fisik masih kurang dimanjakan dengan adanya event seperti ini, yang memang gagasannya mengenalkan kepada seluruh orang khususnya para kolektor ikut mengajak untuk membeli rilisan fisik, tentunya dengan kualitas yang bagus dan harga yang terjangkau.
Yang menarik justru atensi dari para penikmat musik di Makassar yang tampak di Musick Bus Fest ini, sepertinya mulai mengalami transisi pada apreasiasi terhadap band-band indie Makassar. Terlihat dari crowd di Musick Bus Fest yang sangat ramai ketika band – band indie tersebut membawakan lagu mereka sendiri.
Musick Bus telah melakukan tugasnya dengan baik tahun ini dengan memberikan cara nyata bagaimana mengapresiasi karya musisi-musisi luar maupun dalam negeri.
Respon Makassar untuk kembali mengapresiasi rilisan fisik yang sempat mengalami penurunan penjualan semenjak masuknya era internet, bisa bangkit lagi perlahan-lahan dengan adanya fasilitator semacam Musick Bus yang ingin menumbuhkan lagi minat para penggemar musik untuk membeli rilisan fisik yang notabene bentuk perwujudan karya nyata dari musisi yang mereka gemari.
Diharapkan tidak hanya Musick Bus Fest yang merayakan Record Store Day, namun bisa dirayakan lagi di kota ini dengan lebih meriah dimana semua penggiat musik di kota Makassar ikut membantu dan mendukung acara yang bisa dibilang langka di kota ini
Sign up here with your email
Silahkan berkomentar tentang ini... ConversionConversion EmoticonEmoticon