Setelah band grunge Bali, Navicula, merilis CD promosi album terbaru mereka, kini dikabarkan telah bersiap untuk meluncurkan album ganda bertajuk Love Bomb yang rencananya akan diluncurkan pada minggu kedua Mei ini pula.
Sementara itu materi dalam CD promosi tersebut berisi empat lagu. Dua lagu bertajuk “Days of War, Nights of Love” dan “Refuse to Forget” yang proses penggarapannya dilaksanakan di studio rekaman legendaris Record Plant, Hollywood, AS. Dua nomor lainnya, yaitu “Harimau! Harimau!” dan “Bubur Kayu” direkam di Bali. Selain itu, Navicula juga merilis film dokumenter berdurasi 18 menit yang merekam di balik layar perekaman album ini di Hollywood.
Berbicara mengenai alasan pemilihan nama album, vokalis Navicula, Gede Robi, berkata, “Love Bomb untuk judul album muncul belakangan, setelah melihat materi album banyak bertema cinta. Seperti harimau Sumatera yang kehilangan cintanya. Bagaimana mengaktualisasikan cinta dan merebut kontrol atas diri di tengah gempuran gaya hidup yang mengangungkan kebendaan.”
Untuk menggarap album ini, Navicula dibantu oleh seorang produser kreatif, Alain Johannes, yang sudah terbukti kepiawaiannya dalam menangani album proyek solo Chris Cornell dan Jimmy Eat World. Johannes juga pernah menjadi kolaborator Queens of the Stone Age, Them Crooked Vultures, serta tampil dalam proyek album dan film dokumenter Sound City yang disutradarai Dave Grohl.
Atas dukungan dari produsen mikrofon asal Australia, RODE, Navicula dapat merekam album tersebut di Plant Record selama tiga hari pada November lalu. Berkat tangan dingin Johannes, Navicula yang seharusnya hanya mendapatkan jatah merekam tiga lagu dapat bekerja efisien sehingga terekam lima lagu secara live. Kelima lagu tersebut kemudian memasuki tahap mixing dan mastering oleh Johannes di Los Angeles, AS.
Meskipun album ganda ini digarap di dua tempat berbeda, Robi menganggap karya bandnya ini merupakan satu keutuhan. “Lima lagu dari Record Plant adalah pencapaian teknis rekaman dengan standar industri musik Amerika dengan arahan produser kreatif berpengalaman. Kami sajikan bersama lagu-lagu yang kami rekam di Bali dengan kami sendiri yang menjadi produser kreatif. Tapi energi album ini sebuah keutuhan, kami mencintai musik, di manapun kami memproduksinya,” ujar Robi.
Lirik lagu “Days of War, Nights of Love” ditulis oleh Kartika Jahja yang terinspirasi dari buku berjudul sama. Tulisan tersebut diterbitkan oleh kolektif anarkis, CrimethInc. Lagu bernada kritik sosial lainnya juga dapat ditemukan dalam lagu “Refuse to Forget” yang merupakan seruan untuk menolak lupa atas kasus ketidakadilan terhadap aktivis Hak Asasi Manusia seperti Munir.
Sebagai penyandang julukan “Green Grunge Gentlemen”, Navicula juga merilis lagu “Harimau! Harimau!”, sebuah lagu tentang harimau Sumatera yang kehilangan hutan sebagai rumahnya dan kini nyaris punah. Kuartet ini juga menciptakan lagu “Bubur Kayu” yang menyorot kasus eksploitasi hutan Indonesia yang luasnya terus menipis akibat ekspansi perusahaan kertas dan perkebunan kelapa sawit.
Di samping materi album ganda, kemasan album ini juga dirancang ramah lingkungan. Kemasan album ini tidak menggunakan material plastik. Untuk sampul album, Navicula memakai material daur ulang kemasan Tetra Pak yang biasa dipakai untuk minuman, dikombinasikan dengan kertas daur ulang dan karet ban dalam bekas. Pengerjaan sampul album ini dilakukan oleh Komunitas Sapu di Salatiga yang biasa mengerjakan upcycle ban dalam bekas menjadi benda dengan fungsi lain.
Memberikan pendapatnya mengenai kolaborasi karya tersebut, Robi bertutur, “Senang bisa berkolaborasi dengan komunitas lain dalam produksi album ini. Kita sering lupa, terlalu mengagungkan do it yourself, padahal akan jauh lebih baik kalau do it together.”
Sementara itu materi dalam CD promosi tersebut berisi empat lagu. Dua lagu bertajuk “Days of War, Nights of Love” dan “Refuse to Forget” yang proses penggarapannya dilaksanakan di studio rekaman legendaris Record Plant, Hollywood, AS. Dua nomor lainnya, yaitu “Harimau! Harimau!” dan “Bubur Kayu” direkam di Bali. Selain itu, Navicula juga merilis film dokumenter berdurasi 18 menit yang merekam di balik layar perekaman album ini di Hollywood.
Berbicara mengenai alasan pemilihan nama album, vokalis Navicula, Gede Robi, berkata, “Love Bomb untuk judul album muncul belakangan, setelah melihat materi album banyak bertema cinta. Seperti harimau Sumatera yang kehilangan cintanya. Bagaimana mengaktualisasikan cinta dan merebut kontrol atas diri di tengah gempuran gaya hidup yang mengangungkan kebendaan.”
Untuk menggarap album ini, Navicula dibantu oleh seorang produser kreatif, Alain Johannes, yang sudah terbukti kepiawaiannya dalam menangani album proyek solo Chris Cornell dan Jimmy Eat World. Johannes juga pernah menjadi kolaborator Queens of the Stone Age, Them Crooked Vultures, serta tampil dalam proyek album dan film dokumenter Sound City yang disutradarai Dave Grohl.
Atas dukungan dari produsen mikrofon asal Australia, RODE, Navicula dapat merekam album tersebut di Plant Record selama tiga hari pada November lalu. Berkat tangan dingin Johannes, Navicula yang seharusnya hanya mendapatkan jatah merekam tiga lagu dapat bekerja efisien sehingga terekam lima lagu secara live. Kelima lagu tersebut kemudian memasuki tahap mixing dan mastering oleh Johannes di Los Angeles, AS.
Meskipun album ganda ini digarap di dua tempat berbeda, Robi menganggap karya bandnya ini merupakan satu keutuhan. “Lima lagu dari Record Plant adalah pencapaian teknis rekaman dengan standar industri musik Amerika dengan arahan produser kreatif berpengalaman. Kami sajikan bersama lagu-lagu yang kami rekam di Bali dengan kami sendiri yang menjadi produser kreatif. Tapi energi album ini sebuah keutuhan, kami mencintai musik, di manapun kami memproduksinya,” ujar Robi.
Lirik lagu “Days of War, Nights of Love” ditulis oleh Kartika Jahja yang terinspirasi dari buku berjudul sama. Tulisan tersebut diterbitkan oleh kolektif anarkis, CrimethInc. Lagu bernada kritik sosial lainnya juga dapat ditemukan dalam lagu “Refuse to Forget” yang merupakan seruan untuk menolak lupa atas kasus ketidakadilan terhadap aktivis Hak Asasi Manusia seperti Munir.
Sebagai penyandang julukan “Green Grunge Gentlemen”, Navicula juga merilis lagu “Harimau! Harimau!”, sebuah lagu tentang harimau Sumatera yang kehilangan hutan sebagai rumahnya dan kini nyaris punah. Kuartet ini juga menciptakan lagu “Bubur Kayu” yang menyorot kasus eksploitasi hutan Indonesia yang luasnya terus menipis akibat ekspansi perusahaan kertas dan perkebunan kelapa sawit.
Di samping materi album ganda, kemasan album ini juga dirancang ramah lingkungan. Kemasan album ini tidak menggunakan material plastik. Untuk sampul album, Navicula memakai material daur ulang kemasan Tetra Pak yang biasa dipakai untuk minuman, dikombinasikan dengan kertas daur ulang dan karet ban dalam bekas. Pengerjaan sampul album ini dilakukan oleh Komunitas Sapu di Salatiga yang biasa mengerjakan upcycle ban dalam bekas menjadi benda dengan fungsi lain.
Memberikan pendapatnya mengenai kolaborasi karya tersebut, Robi bertutur, “Senang bisa berkolaborasi dengan komunitas lain dalam produksi album ini. Kita sering lupa, terlalu mengagungkan do it yourself, padahal akan jauh lebih baik kalau do it together.”
Sign up here with your email
Silahkan berkomentar tentang ini... ConversionConversion EmoticonEmoticon