Apalagi yang bisa ditulis tentang seorang Mick Jagger? Entah berapa judul buku di luar sana yang menulis biografi vokalis The Rolling Stones ini. Buku ini sebetulnya tak menawarkan banyak hal baru -- jika Anda memang penggemar fanatik The Stones yang sudah membaca banyak buku tentang mereka atau tentang Jagger? tapi yang membuatnya menarik adalah bagaimana penulis mencoba memahami seperti apa Mick Jagger.
Marc Spitz membuka buku ini dengan pertanyaan klasik: Mick Jagger atau Keith Richards? Spitz sepakat dengan anggapan banyak orang, bahwa Richards lebih banyak dipilih. Richards punya citra lebih cool dan lebih rock & roll dibanding Jagger. Salah satu yang menarik adalah bahwa Spitz mengungkapkan apa yang dikatakan Ian Stewart (pemain keyboard The Rolling Stones yang karena tampilannya terlalu biasa lantas diminta jadi additional player padahal ia adalah salah seorang pendiri], Jagger sebenarnya selalu mencari jati diri, dan selama dia belum menemukan jati diri yang sesungguhnya maka selama itu pula The Rolling Stones akan tetap ada.
Spitz mengambil satu kejadian di tahun 1969 ketika The Rolling Stones menggelar konser gratis di Altamont yang menewaskan Meredith Hunter setelah ditusuk oleh anggota geng motor Hell’s Angels. Dia membandingkan sikap Keith Richards yang dengan tegas mengancam akan berhenti main jika penonton masih berkelahi, sedangkan Mick Jagger yang hanya bertanya dengan nada agak lembut kepada penonton kenapa mereka berkelahi. Meski di buku ini Spitz mencoba menampilkan Mick Jagger yang di balik kehidupan jet set nya hanyalah pria biasa: rapuh, skeptis, dan tak pernah bisa sepenuhnya mengabdi pada rock & roll, membacanya tetap saja pada akhirnya membuat kita bisa menerima alasan kenapa seorang Mick Jagger layak mendapat pujian yang pantas (dia sering dianggap remeh sebagai musisi maupun penulis lagu).
Meski memang ada kesan bahwa buku ini diterbitkan karena memoar Keith Richards yang berjudul Life mendapat banyak pujian -- di situ Richards menyebut alat kelamin Jagger kecil dan membuat ke-duanya bersitegang untuk kesekian kali -- Spitz meyakinkan kita bahwa buku ini bukan buku anti-Keith atau buku yang membela Keith. Dan meski buku ini bukan biografi resmi dari Sir Mick Jagger, gaya penulisan Spitz membuat buku ini setidaknya nyaman untuk dibaca. Buku ini akan jauh lebih menarik lagi dibaca oleh mereka yang belum pernah membaca sedikit pun sejarah The Rolling Stones atau Mick Jagger.
Sign up here with your email
Silahkan berkomentar tentang ini... ConversionConversion EmoticonEmoticon